PGSD/IIIA/03
Keterkaitan Bakat dengan
Pendidikan dalam Nativisme Pendidikan
Telah cukup banyak dibicarakan segala hal tentang
pendidikan, baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya
dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat manusia
mengalami tahap perkembangan, naik secara fisik maupun rohaninya dalam proses
pendidikan, munculah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh
terhaap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu
sendiri atau faktor dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara
bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori
nativisme. Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya pembawaan.
Teori nativisme dikenal juga
dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa
manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan
intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan
pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada
gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan yang berupaya
itu justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu
diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi
secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.
Teori nativisme berpendapat
tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawan sejak lahir, serta
faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.
Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang
baik akan mempunyai bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan
sangat dominan dalam menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,.
Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan
hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang
diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori
tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan sendirinya bukan
melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan tersebut diterapkan
dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau bakat dari
bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak
akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam teori nativisme telah
ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya.
Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah
unsur genetik individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya
tersebut anak akan berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan
tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian berkembang
fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.
Menurut teori nativisme ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :
1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor
tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan
mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak
contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga
memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
2. Faktor kemampuan anak
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk
menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat
mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak
tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk
mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat
yang dimilikinya.
3. Faktor pertumbuhan anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor
kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak
selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan
bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.
Dari ketiga faktor tersebut
berpengaruh dalam perkembangan serta kematangan pendidikan anak. Dengan faktor
ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat
yang baik. Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam
teori nativisme, dimana dengan faktor-faktor yang telah disampaikan dapat
menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus. Adapun
tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah
menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu
kemajuan yang besar baginya.
2. Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan
begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga
mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan
manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu
komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi
dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi
yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus
berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki
tidak dikembangkan secara aktif.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang
dimiliki.
Banyak orang bisa memaksimalkan bakatnya, karena
dari dirinya sudah mengetahui bakat-bakat yang ada pada dirinya dan dikembangkan
dengan maksimal.
Melihat dari tujuan-tujuan itu
memang bersifat positif. Tetapi dalam penerapan di praktek pendidikan, teori
tersebut kurang mengenai atau kurang tepat tanpa adanya pengaruh dari luar
seperti pendidikan. Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau keberhasilan
tidak hanya dari bawaan sejak lahir. Akan tetapi banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi yaitu orang
tua yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak yang cerdas daripada
orang tuanya. Hal tersebut tidak hanya terpaut masalah gen, tetapi ada
dorongan-dorongan dari luar yang mempengaruhi anak tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya, sekarang ini yang ada dalam praktek pendididkan tidak lagi
memperhatikan apakah manusia memiliki bakat dari lahir atau tidak, melainkan
kemauan atau usaha yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk kemajuan yang
besar bagi dirinya. Memang secara teoritis pendidikan tidaklah berpengaruh atau
tidak berdaya dalam membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang dibawa sejak
lahir. Kemudian potensi kodrat menjadi cirri khas pribadi anak dan bukan dari
hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa antara teori nativisme dan pendidikan
tidak mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara yang satu dengan
lainnya. Oleh sebab itulah aliran atau teori nativisme ini dianggap aliran
pesimistis, karena menerima kepribadian anak sebagaimana adanya tanpa
kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan untuk mengubah
kepribadiannya.
Fungsi pendidikan yaitu
memberikan dorongan atau menggandeng manusia untuk menjadi lebih naik
serta dengan adanya pendidikan dapat lebih lagi memaksimalkan, mengembangkan
segala potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki. Selain dari itu juga
pendidikan tidak hanya harus kepada akademik saja melainkan harus memperhatikan
kegiatan-kegiatan yang bisa juga untuk menjadi wadah dalam mengembangkan dan
menyalurkan bakat anak diluar akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar