PGSD/IIIA/03
Rekonstruksi Dunia Pendidikan Indonesia untuk
Perubahan Sosial
Hidup,
khususnya pendidikan, telah diselenggarakan dengan cara dan pemikiran yang
salah. Oleh karenanya, makin hari hidup dan kehidupan bukannya bertambah baik,
justru malah bertambah buruk. Dunia bahkan mengalami sesuatu yang mereka sebut
dalam situasi krisis dan Sekarat. Satu satunya solusi untuk keluar dari semua
itu menurut aliran ini tidak lain adalah dengan mengubah praktek pendidikan
yang ada ke dalam konstruksi konstruksi baru.
Kalau
dulu pendidikan dianggap sebagai menjauhkan dari masyarakat karena pendidikan
zaman dahulu mengabaikan masalah-masalah yang hidup atau yang ada dalam
masyarakat, namun pemikiran ini berkeinginan bahwa pendidikan harus dapat
memecahkan persoalan- persoalan yang hidup dalam masyarakat sehingga pendidikan
tidak dianggap memisahkan dari masyarakat.
1.
Teori
pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri atas 6
tesis, yaitu:
-
Pendidikan
harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial
baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang
mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern. Sekarang
peradaban menghadapi kemungkinan penghancuran diri. Pendidikan harus
mensponsori perubahan yang benar dalam nurani manusia. Pendidikan harus menjadi
alat utama untuk menjawab atau menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi,
pelaksanaan pendidikan sesegera mungkin dilaksanakan, kalau pendidikan tidak
segera dilaksanakan maka infrastruktur yang lain akan cepat hancur, maka dari
itu pendidikan adalah kunci utama untuk membangun tatanan kehidupan sosial,
karena pendidikan dapat mempengaruhi bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial
dan budaya.
-
Anak,
sekolah dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial. Menurut rekonstruksionalisme, hidup beradab adalah hidup berkelompok,
sehingga kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah. Untuk
menghasilkan pembelajaran yang harmonis di dalam kelas antara guru, peserta
didik dan subjek-subjek pendidikan lainnya maka mereka harus memahami
kebudayaan mereka masing-masing, sehingga mereka akan saling menghargai.
-
Guru
harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana
dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis. Seorang guru atau pendidik
harus memiliki sikap percaya diri dan merasa bahwa ia mampu untuk membimbing
peserta didiknya, dengan begitu seorang peserta didik akan berhasil dalam
membimbing peserta didiknya dan ia tidak akan diremehkan oleh peserta didik.
-
Cara
dan tujuan pendidikan harus diubah seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan
kebutuhan kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Tujuan pendidikan haruslah
disesuaikan dengan peserta didiknya. Selain itu juga harus disesuaikan dengan
kondisi masyarakatnya agar pendidikan mampu menjawab problem-problem dimasyarakat.
-
Kita
harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang
dipakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
Menurut Sukmadinata (1997: 93) kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. :
a) Tujuan dan isi kurikulum, Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
b) Metode, dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda serta bakat minat yang berbeda maka dari itu tugas pendidik adalah membimbing masing-masing peserta didik untuk menemukan minatnya, minimal pendidik mampu mendampingi peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.
Menurut Sukmadinata (1997: 93) kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. :
a) Tujuan dan isi kurikulum, Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
b) Metode, dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda serta bakat minat yang berbeda maka dari itu tugas pendidik adalah membimbing masing-masing peserta didik untuk menemukan minatnya, minimal pendidik mampu mendampingi peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.
c) Evaluasi.
Dalam kegiatan evaluasi para siswa dilibatkan terutama dalam memilih dan
menyusun dan menilai bahan yang akan diujikan. Yang dimaksud disini ialah
peserta didik membantu dalam hal memilih bahan atau materi yang telah
dipelajari dan layak untuk dijadikan tes atau evaluasi.
Adanya
filsafat pendidikan rekonstruksionisme diharapkan pendidikan di Indonesia
sekarang ini dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial,
pendidikan adalah alat utama untuk menentukan masa depan bangsa, maka dari itu
masalah pendidikan dipandang sangat penting, aliran ini berharap pendidikan
dapat mengubah tatanan sosial masyarakat, pendidikan dapat mengubah
perekonomian masyarakat, pendidikan dapat mengubah segala bentuk apapun yang
ada dalam masyarakat.
Maka
dari itu pendidikan diharap mampu untuk menjadi agen perubahan sosial, walaupun
pada kenyataanya sekarang pendidikan belum nampak memberikan kontribusi yang
luas dalam masyarakat, justru malah orang-orang dari pendidikan yang merusak
negara ini, seperti halnya korupsi yang makin populer di negara ini, bukankah
mereka yang korupsi adalah kaum terdidik? Mustahil orang yang korupsi itu
lulusan SD. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan pada saat ini
belum mampu mengubah tatanan sosial, justru malah merusak tatanan sosial.
Pendidikan di Indonesia belum berhasil, dalam artian belum berhasil dalam
menanamkan karakter dan kepribadian manusia yang berakhlak baik.
Metode-metode
pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada
kecerdasan asal jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang
paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Maksud yang terkandung
adalah bahwa dalam proses pembelajaran di kelas, seorang pendidik harus mampu
menggunakan metode yang bisa membuat peserta didik atau merangsang peserta
didik untuk berfikir dan berani mengeluarkan pendapat sehingga pembelajaran
tidak hanya terpusat pada guru tetapi murid atau peserta didiklah yang harus
menjadi objek dari pembelajaran, contoh media atau metode yang digunakan adalah
metode diskusi, dengan metode diskusi maka peserta didik dapat berlatih untuk
mengemukakan pendapatnya, dengan begitu maka pembelajaran akan efektif dan
peserta didik dapat aktif dalam belajar, sehingga tidak hanya guru yang menjadi
sumber ilmu, namun peserta didik pun mampu menyumbang pemikiran, dalam
berdiskusi sebaiknya masalah yang diangkat adalah isu-isu aktual yang sedang
hangat di masyarakat sehingga secara tidak langsung peserta didik akan merespon
permasalahan yang telah tumbuh dalam masyarakat, dengan begitu tidak lagi
dikatakan bahwa pendidikan telah menjauhkan dari masyarakat, justru pendidikan
mendekatkan peserta didik dengan masyarakat dan memberikan sumbangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang ada. Dengan
begitu pendidikan akan benar-benar berguna bagi masyarakat.
Namun
pada kenyataannya di dalam proses pembelajaran masih ada pendidik melakukan
metode tanpa variasi yaitu metode ceramah secara terus menerus tanpa
memperdulikan peserta didik, peserta didik di suruh mendengarkan ceramah dari
guru tanpa diminta kontribusinya atau tanpa diminta menanggapi, sedangkan
permasalahan yang dibahas adalah permasalahan yang basi yang sudah tidak layak
dibahas lagi, dengan begitu peserta didik serasa tidak mendapatkan hasil
apa-apa dan pendidikan hanya sebagai simbol belaka tanpa guna, pendidikan
justru mencetak generasi-generasi yang takut berbicara atau generasi pasif.
Jika
pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis
dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial.
Seperti telah dibahas di atas bahwa pendidikan harus mampu memberi kontribusi
kepada masyarakat dengan cara merespon permasalahan yang sedang timbul di
masyarakat, baik itu masalah ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya,
pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu mengajak peserta didiknya
berfikir dan peka terhadap permasalahan yang sekarang masyarakat hadapi,
sebaliknya pendidik yang tidak rekonstruksionis adalah pendidik yang takut atau
tidak berani mengajak peserta didiknya dalam menghadapi permasalahan yang
sedang hangat dibicarakan, dengan begitu peserta didik akan semakin dekat
dengan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar