Senin, 01 Desember 2014

Cara Seseorang untuk Menilai Pendapat Orang lain


PGSD/III-A/03
Cara Seseorang untuk Menilai Pendapat Orang lain

Pernahkah kalian menilai tentang sesuatu? Mungkin menilai tentang pendapat atau pernyataan orang lain. Penilaian seperti apa yang muncul dipikiranmu? Dan bagaimana cara kalian menilai pendapat tersebut?

Secara umum, seseorang akan menilai tentang sesuatu hal dengan tiga cara. Pertama, ia akan menilai berdasarkan ketidaktahuannya tentang itu, dari ketidaktahuannya inilah yang menjadi tolak ukurnya dalam menilai. Kedua, menilai dengan menggunakan pendapatnya sebagai ukuran. Maksudnya dasar yang dimilikinya adalah menggunakan pendapat-pendapat yang dipikirkannya atau yang diperolehnya dari beberapa studi. Ketiga, menilai dengan menggunakan pendapat pada umumnya, contohnya dari pakar/ahli sebagai alat ukur. Dengan mengkaji secara mendalam dan menanyakan kepada para narasumber yang berkaitan mengenai pendapat tersebut, seseorang baru bisa menilai pendapat orang lain.
Sebagai contoh, ada sebuah pernyataan dari seseorang bahwa jin dapat disuruh. Nah, orang tipe pertama akan langsung berpendapat “itu tidak mungkin” dengan alasan yang ia sendiri memang tidak tahu bahwa jin dapat disuruh untuk melakukan sesuatu. Ketidaktahuaannya akan pendapat mengenai jin yang dapat disuruh ini yang dijadikannya sebagai alasan untuk menolak pernyataan tersebut. Apakah terdengar sangat aneh? Bila menolak suatu pendapat dikarenakan ketidaktahuannya terhadap pernyataan tersebut.
Sebenarnya jika seseorang tidak tahu mengenai sesuatu hal, ada beberapa sikap yang dapat diambil. Sedikitnya terdapat dua hal, yang pertama, diam, kedua mempelajarinya secara mendalam. Namun kebanyakan dari mereka yang malas menanggapi pendapat tersebut dan hanya meresponnya dengan diam atau pura-pura tidak mendengar.
Tipe kedua adalah mengadakan sebuah studi tentang jin. Jika melakukan studi mengenai hal tersebut, akan diperoleh hasil yang menyatakan bahwa jin memang tidak dapat disuruh. Meskipun cara ini masih dikatakan lemah, karena tidak ada alasan untuk menggunakan pendapatnya sebagai tolak ukur suatu kebenaran, tetapi cukup untuk menjawab dengan baik.
Tipe ketiga adalah golongan yang paling sedikit dan mereka mempelajari pendapat para ahli bidang jin. Dengan mengumpulkan beberapa pendapat dari narasumber, pakar/ahli dibidang tersebut, mereka akan percaya diri dalam berpendapat. Pada umumnya pendapat para pakar menerima atau menolak pernyataan bahwa jin dapat disuruh. Dengan pendapat yang beragam tersebut, akan sedikit memusingkan mereka yang masih mencari tahu suatu pendapat.
Dapat disimpulkan dari beberapa pernyataan di atas bahwa, kita dapat memilih menjadi tipe yang mana saja. Tipe pertama, kita dapat memilih menjadi seseorang yang pendiam. Jika ingin menjadi tipe kedua, kita dapat mempelajari pendapat orang lain dengan baik. Dan jika ingin menjadi tipe yang ketiga, yaitu mempelajarinya secara luas dan mendalam, dengan mengemukakan pendapat pakar yang ahli dibidangnya menjadikan tipe ketiga merupakan pilihan terbaik yang dapat dipilih.

Terispirasi dari buku:
Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar