Jumat, 19 Desember 2014

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan.

DAFTAR ISI TUGAS

  1. Konsep Naturalisme untuk Membawa Anak Belajar pada Alam
  2. Wanita Hebat Banten (Penguasa vs Aktivis Sosial)
  3. Pragmatisme sebagai Metode Pembelajaran Peserta Didik
  4. Kasus Pembuangan Bayi Masih Terjadi di Sekitar Kita
  5. Cara Seseorang untuk Menilai Pendapat Orang Lain
  6. Mempelajari Budaya Orang Boleh, tetapi Tidak untuk Melupakan Budaya Sendiri
  7. Kelebihan Orang Indonesia dibandingkan dengan Jepang di Zaman Modern
  8. Tan Malaka dan Islam
  9. Banten Sang Jawara
  10. Batik Banten: Kain yang Bisa Bercerita
  11. Filosofi Pohon Bambu
  12. Banyak Orang Indonesia Percaya Dukun, Guna-guna dan Ilmu Klenik lainnya
  13. Kisah Ulama Banten yang Menjadi Imam di Masjidil Haram
  14. Rekonstruksi Dunia Pendidikan Indoensia untuk Perubahan Sosial
  15. Keterkaitan Bakat dengan Pendidikan dalam Nativisme Pendidikan
  16. Masjid Agung yang Mempesona
  17. Ziarah ke Makam Keramat di Pandeglang Banten
  18. Filosofi Manusia
  19. Kata-kata Inspiratif
  20. Kata-kata Membangun Jiwa


Kata-kata Membangun Jiwa


Kata-kata Inspiratif


Filosofi Manusia


Kamis, 18 Desember 2014

Ziarah ke Makam Keramat di Kabupaten Pandeglang Banten


PGSD/IIIA/03
Ziarah ke Makam Keramat di Kabupaten Pandeglang Banten

Ziarah makam tergolong tradisi yang sangat tua, barangkali setua kebudayaan manusia itu sendiri. Tradisi ini umumnya berhubungan erat dengan unsur kepercayaan atau keagamaan. Tradisi, menurut Parsudi Suparlan, sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin (Jalaluddin, 1996: 180), merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Meredith McGuire (dalam Jalaluddin, 1996: 180), melihat bahwa dalam masyarakat pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama.
Kabupaten Pandeglang, terletak di wilayah provinsi Banten, merupakan kawasan yang sebagian besar masih merupakan pedesaan. Dalam satu tulisannya, Azyumardi Azra menyebutkan, orang-orang Muslim di Banten percaya bahwa Tuhan sangat baik dan tidak akan mengabaikan mereka; tetapi pada saat yang sama, kekuatan-kekuatan jahat dan setan terus mendatangkan bencana, sehingga mereka terpaksa mengarahkan aktivitas ritual kepada kekuatan-kekuatan jahat tersebut. Dalam kaitan ini pula terjadi pemujaan terhadap orang-orang yang telah mati, yang dipandang potensial untuk membantu mereka dalam menghadapi berbagai kekuatan jahat (Azra, 1999: 66).
Ungkapan yang digunakan Azra dalam kalimat “pemujaan terhadap orang-orang yang mati” mungkin terlalu berlebihan untuk menggambarkan keyakinan masyarakat Banten. Pada kenyataannya, orang-orang Banten akan menolak kalau dikatakan mereka memuja orang-orang yang telah mati. Lebih tepat kalau dikatakan, mereka menggunakan arwah orang-orang yang telah mati itu sebagai perantara (wasilah) untuk menyampaikan doa atau keinginan mereka kepada Tuhan. Arwah itu pun bukan sembarang arwah, melainkan arwah dari orang-orang yang semasa hidupnya dianggap sebagai tokoh, misalnya kiyai, syekh, jawara (orang sakti), atau sultan. Orang-orang Banten percaya bahwa tokoh-tokoh itu mempunyai karomah atau keistimewaan spiritual tertentu. Ketika sudah meninggal, karomah itu dipercaya masih ada dan bisa diperoleh dari makam mereka. Oleh karena itulah, aktivitas ziarah ke makam keramat sering disebut ngalap barokah, yaitu mencari berkah dari keramat yang terdapat pada makam sang tokoh.
Pemujaan terhadap orang-orang yang telah meninggal dahulu memang ada ketika agama Islam belum dianut masyarakat Banten. Kepercayaan semacam itu, yang disebut animisme, secara berangsur-angsur telah terkikis dengan datangnya Islam. Diperlukan penelitian tersendiri apakah tradisi ziarah ke makam keramat, yang menunjukkan adanya keyakinan mengenai keistimewaan roh-roh dari tokoh tertentu, itu merupakan kompromi antara kepercayaan lama dengan ajaran Islam atau bukan. Sebab Islam yang datang ke Banten, dan ke Nusantara secara umum, adalah Islam dengan nuansa sufisme sangat kental. Telah banyak dikemukakan oleh para ahli sejarah, bahwa para penyebar Islam di Jawa hampir seluruhnya adalah pemimpin-pemimpin tarekat (Dhofier, 1982: 144). Di Banten sendiri, pernah dan masih berkembang aliran-aliran tarekat antara lain tarekat Syatariyah, Qadiriyah, Naqsabandiyah, dan Syadziliyah. Dalam sufisme, ada ajaran tentang tawassul dengan para guru dan syekh terdahulu, dan ziarah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka tawassul. Jadi, tidak bisa dengan serta merta dikatakan bahwa ziarah ke makam keramat merupakan warisan tradisi pra-Islam.
Di kalangan Islam sendiri, sebetulnya aktivitas ziarah ke makam keramat dan doktrin tawassul masih menimbulkan pertentangan teologis yang belum terselesaikan, antara pihak yang membolehkan (bahkan menyunahkan) dan pihak yang membid’ahkan (bahkan mengharamkan). Pihak yang membolehkan ziarah ke makam keramat umumnya berasal dari kalangan Islam tradisional, sedangkan pihak yang melarang berasal dari kalangan Islam modernis. Tapi terlepas dari pertentangan teologis tersebut, ziarah ke makam keramat merupakan sebuah fakta sosial yang tidak bisa diabaikan, bahkan merupakan suatu tradisi atau bentuk kebudayaan yang menarik untuk diteliti.
Menilik tempatnya, makam yang menjadi tujuan ziarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makam keluarga dan makam keramat. Pada makam keluarga, misalnya makam orang tua, orang yang berziarah umumnya bertujuan untuk mendoakan arwah yang dikubur agar mendapat keselamatan atau tempat yang baik di sisi Tuhan. Jadi, manfaatnya bukan ditujukan untuk kepentingan orang yang berziarah, melainkan untuk kebaikan roh orang yang diziarahi.
Ziarah ke makam keluarga memiliki makna kultural yang hampir sama dengan halal bihalal, di mana dalam periode tertentu, misalnya setahun sekali, orang merasa perlu menyempatkan diri pulang ke kampung halamannya untuk mengunjungi saudara-saudara dan tetangganya. Jika halal bihalal adalah silaturahmi kepada orang-orang yang masih hidup, ziarah kubur adalah silaturahmi kepada orang-orang yang sudah mati. Orang yang sewaktu lebaran tidak pulang kampung untuk berhalal bihalal, ia bisa dianggap lupa asal usul. Demikian pula, orang yang dalam periode tertentu tidak melakukan ziarah, khususnya jika ia memiliki orang tua yang sudah meninggal, akan dianggap anak yang tidak berbakti.
Sedangkan pada makam keramat, aktivitas berziarah ke sana tampaknya memiliki tujuan atau motivasi yang beragam. Hal ini mengingat bahwa orang-orang yang berziarah ke makam keramat berasal dari berbagai daerah dan kalangan serta status sosial yang bermacam-macam. Bahkan untuk makam keramat yang besar, penziarah bisa berasal dari daerah yang sangat jauh, luar pulau, sampai luar negara.
Ziarah ke makam, baik yang keramat maupun tidak, berkaitan erat dengan unsur keagamaan. Makam, dalam banyak kebudayaan dan kepercayaan di seluruh dunia, menempati ruang spiritual yang istimewa, bahkan menjadi pusat kehidupan keagamaan di samping kuil-kuil pemujaan. Sebagai tempat dikuburkannya jasad orang yang sudah meninggal, makam dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh-roh orang yang meninggal itu. Berziarah ke makam merupakan cara untuk berhubungan kembali secara spiritual dengan roh-roh tersebut.
Ziarah ke makam juga berkaitan dengan kehidupan sosial. Orang yang ingin melakukan sesuatu atau kebutuhan tertentu, seperti membuka lahan pertanian, melangsungkan perkawinan, sampai berperang, merasa belum sah kalau belum meminta restu pada roh-roh nenek moyang. Roh-roh itu dipercaya dapat melindungi mereka, mengabulkan permohonan mereka, bahkan dapat pula menghukum kalau mereka melakukan pelanggaran.
Penghormatan kepada orang-orang yang telah meninggal diwujudkan dalam berbagai cara, misalnya mengadakan upacara kematian dengan ritual dan peralatan yang rumit, pembangunan kuburan secara mewah, di beberapa tempat disertai makanan dan harta untuk bekal perjalanan sang arwah, sampai pendirian kuil-kuil pemujaan.
Praktik pemujaan terhadap arwah para leluhur, yang di antaranya dilakukan dengan persembahan korban atau pemberian sesajen, memang tidak selalu dilakukan di makam. Dalam kebudayaan tertentu, arwah leluhur itu dipercaya bisa ada di mana-mana, di hutan-hutan, kampung, sawah, pohon, sampai di rumah (Daradjat dkk, 1996: 42), dan praktik pemujaannya pun bisa dilakukan di tempat-tempat tersebut. Meskipun demikian, kedudukan makam tetaplah menempati posisi yang paling penting.
Dalam Islam, aktivitas ziarah ke makam keramat berkaitan erat dengan konsep kewalian atau kesucian. Para nabi, wali, dan orang-orang suci atau orang-orang yang dikenal memiliki ketakwaan tinggi dipercaya memiliki tempat mulia di sisi Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam Alquran surat al-Hujurât [49] ayat 13, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Menurut Muhaimin AG (dalam Supriatno, 2007: xv), Ketakwaan seorang nabi atau wali adalah model tentang orang yang telah menempuh hidup mulia sekaligus model untuk diteladani dan dijadikan panutan bagi orang yang ingin menempuh hidup mulia. Sebagai model, mereka layak dihormati. Penghormatan itu bisa mengambil berbagai bentuk, salah satunya dengan mengunjungi kuburannya tempat sang teladan diperistirahatkan untuk terakhir kalinya. Di sana, orang berdoa dan mendoakannya. Apabila doa mereka dikabulkan oleh Allah, maka tambahan pahala dan kemuliaan (karamah) dari doa itu akan mengalir kepada yang didoakan, dan menambah tumpukan pahala dan kemuliaan yang ada padanya yang sesungguhnya sudah penuh karena ketakwaan dirinya. Seakan tidak tertampung, akumulasi kemuliaan itu lalu meluber kepada penziarah yang sekaligus berdoa tadi. Luberan kemuliaan itulah yang disebut orang sebagai “barakah”. Barakah itu, bagi yang merasakannya, menggejala dalam berbagai bentuk seperti kemudahan usaha, perolehan keuntungan, terbebas dari derita, sembuh dari penyakit, hilangnya stres, ketenangan hidup, dan bentuk-bentuk lain.
Kabupaten Pandeglang terletak di provinsi Banten. Luas wilayahnya adalah 2.193,58 Km2. Wilayah kabupaten Pandeglang berbatasan dengan kabupaten Lebak di sebelah Timur, kabupaten Serang di sebelah Utara, Selat Sunda di sebelah Barat, dan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Pada tahun 2000, jumlah penduduknya mencapai 2.933.900 jiwa.
Mayoritas penduduk Pandeglang menganut agama Islam, dan coraknya dapat digolongkan ke dalam Islam tradisional. Di sini, penghormatan terhadap ulama atau kiyai menempati posisi yang tinggi, termasuk ketika ulama tersebut sudah meninggal dunia. Makamnya akan banyak diziarahi oleh murid-muridnya, masyarakat sekitarnya, bahkan masyarakat dari luar daerah, bergantung pada “kaliber” atau lingkup ketokohan ulama tersebut.
Tradisi keagamaan masyarakat Pandeglang tidak berbeda dengan tradisi keagamaan di provinsi Banten pada umumnya, termasuk dalam hal ziarah ke makam keramat. Di antara makam keramat di daerah Pandeglang yang banyak diziarahi oleh masyarakat, termasuk masyarakat dari luar daerah, antara lain:
1. Makam Syekh Mansur di Cikadueun
2. Makam Syekh Abdul Jabbar di Karangtanjung
3. Makam Syekh Asnawi di Caringin
4. Makam Syekh Daud di Labuan
5. Makam Syekh Rako di Gunung Karang
6. Makam Syekh Royani di Kadupinang
7. Makam Syekh Armin di Cibuntu
8. Makam Abuya Dimyati di Cidahu
9. Makam Ki Bustomi di Cisantri
10. Makam Nyimas Gandasari di Panimbang.
Aktivitas ziarah ke makam-makam keramat tersebut biasanya meningkat tajam pada bulan Mulud (Rabiul Awal, bulan lahirnya Nabi Muhammad Saw.), menjelang bulan Ramadan, sehabis Lebaran, pada malam Jumat, dan pada hari-hari libur. Tetapi pada hari-hari biasa pun selalu ada saja orang yang berziarah.
Pustaka:
Azra, Azyumardi, 1999, Renaisans Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana dan Kekuasaan, Bandung: Rosda
Daradjat, Zakiah, dkk., 1996, Perbandingan Agama, Jakarta: Bumi Aksara
Dhofier, Zamakhsyari, 1982, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, cet. ke-6, Jakarta: LP3ES
Jalaluddin, 1996, Psikologi Agama, cet. ke-6, Jakarta: Rajawali Pers
Tim Penyusun, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. ke-3, Jakarta: Balai Pustaka
Supriatno, 2007, Ziarah Makam Sunan Gunung Jati di Mata Orang Kristen, Cirebon: Fahmina Institute

Masjid Agung Banten yang Mempesona


PGSD/IIIA/03
Masjid Agung Banten yang Mempesona

Banten, awalnya merupakan bagian dari privinsi Jawa Barat. Namun, atas keputusan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2000, Banten dipisahkan pada tahun 2000 dan sudah lagi tidak menjadi bagian dari Jawa Barat. Banten menjadi salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa dengan Kota Serang sebagai pusat pemerintahannya.
Meskipun begitu, Banten memiliki potensi yang luar biasa. Baik dalam skala lokal, nasional, bahkan sampai ke skala international. Banten yang berada di ujung barat pulau Jawa ini memiliki potensi di banyak bidang, salah satunya adalah dalam pergerakan perekonimian yang sangat berpotensi besar untuk provinsi Banten tersebut.
Selain itu, pertumbuhan provinsi Banten juga dari waktu ke waktunya terus membaik. Salah satu yang paling terkenal dari Banten adalah objek objek wisatanya yang menarik banyak sekali pengunjung. Selain itu, daya tarik yang dimiliki oleh Banten juga berhasil menarik minat para pengunjung untuk menyambangi provinsi yang menjadikan Serang sebagai pusat kotanya. Salah satu yang banyak sekali dikunjungi oleh pewisata adalah Masjid Agung Banten.
Masjid ini terletak di Desa Banten Lama, dengan jarak kira kira 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid Agung Banten merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang mengandung banyak sekali nilai sejarah. Masjid yang berdiri dengan kokoh dan megah ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun 1552 sampai 1570 yang juga merupakan putra pertama dari Sunan Gunung Jati, juga sultan pertama dari Kesultanan Banten.
Masjid Agung Banten memiliki gaya bangunan yang sangat menarik dan megah. Bena-r benar mencerminkan kehebatan yang membangunnya sekaligus menjadi saksi bisu sejarah Banten. Berkunjung ke masjid ini sebagai destinasi liburan anda akan memberikan kesan yang mendalam dan menyenangkan. Selain itu, kesejukan dan ketenangan begitu berada di tempat ibadah umat muslim ini juga menjadikan nilai plus hari liburan anda.
Juga, apabila anda yang seorang muslim, beristirahat sambil melaksanakan ibadah atau shalat di masjid ini benar benar membuat hati dan pikiran menjadi tenang dan tenteram. Biasanya liburan identik dengan pantai, mall, dan lain lain. Jadikan liburan anda kali ini berbeda dengan mengunjungi tempat ibadah ini yang mengandung nilai sejarah yang banyak dan memberikan kesan liburan yang berbeda.

Keterkaitan Bakat dengan Pendidikan dalam Nativisme Pendidikan


PGSD/IIIA/03
Keterkaitan Bakat dengan Pendidikan dalam Nativisme Pendidikan

Telah cukup banyak dibicarakan segala hal tentang pendidikan, baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusia, maupun kaitannya dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, naik secara fisik maupun rohaninya dalam proses pendidikan, munculah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh terhaap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri atau faktor dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori nativisme. Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya pembawaan.
Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya dan tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan yang berupaya itu justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak perlu diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.
Teori nativisme berpendapat tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawan sejak lahir, serta faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang baik akan mempunyai bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.
Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :
1. Faktor genetik
Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.
2. Faktor kemampuan anak
Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.
3. Faktor pertumbuhan anak
Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.
Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik. Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan  faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.
2. Menjadikan diri yang berkompetensi.
Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.
3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.
Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.
4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.
Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.
5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.
Banyak orang bisa memaksimalkan bakatnya, karena dari dirinya sudah mengetahui bakat-bakat yang ada pada dirinya dan dikembangkan dengan maksimal.
Melihat dari tujuan-tujuan itu memang bersifat positif. Tetapi dalam penerapan di praktek pendidikan, teori tersebut kurang mengenai atau kurang tepat tanpa adanya pengaruh dari luar seperti pendidikan. Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau keberhasilan tidak hanya dari bawaan sejak lahir. Akan tetapi banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi yaitu orang tua yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak yang cerdas daripada orang tuanya. Hal tersebut tidak hanya terpaut masalah gen, tetapi ada dorongan-dorongan dari luar yang mempengaruhi anak tersebut.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sekarang ini yang ada dalam praktek pendididkan tidak lagi memperhatikan apakah manusia memiliki bakat dari lahir atau tidak, melainkan kemauan atau usaha yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk kemajuan yang besar bagi dirinya. Memang secara teoritis pendidikan tidaklah berpengaruh atau tidak berdaya dalam membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang dibawa sejak lahir. Kemudian potensi kodrat menjadi cirri khas pribadi anak dan bukan dari hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa antara teori nativisme dan pendidikan tidak mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Oleh sebab itulah aliran atau teori nativisme ini dianggap aliran pesimistis, karena menerima kepribadian anak sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan untuk mengubah kepribadiannya.
Fungsi pendidikan yaitu memberikan dorongan  atau menggandeng manusia untuk menjadi lebih naik serta dengan adanya pendidikan dapat lebih lagi memaksimalkan, mengembangkan segala potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki. Selain dari itu juga pendidikan tidak hanya harus kepada akademik saja melainkan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang bisa juga untuk menjadi wadah dalam mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar akademik.